Menyikapi Perbedaan Karakter Anak dengan Bijak- Setiap anak itu unik. Tidak ada anak yang sama persis.
Bahkan, anak kembar sekalipun. Begitu juga dengan Agha dan Gia. Keduanya bagai
dua kutub yang berbeda. Bukan hanya berbeda jenis kelamin, Karakter kakak adik
ini seolah bertolak belakang satu sama lain.
Agha tipe anak yang serius. Kadang maksud kita sebagai orang tua bercanda
tapi dia sudah ngambek, marah, baper bahkan bisa sampai nangis. Keluarga
besar yang sudah paham dengan karakter Agha, tidak akan mengajak bercanda kalau
suasana hatinya kurang bagus.
Sedangkan Gia lebih ekspresif, meskipun umurnya masih 3 tahun tapi sudah punya selera humor. Dia bisa sengaja tiba-tiba bertingkah
polah aneh agar kita tertawa. Dia juga sering menggoda kakaknya untuk
meramaikan rumah.
Ketika menginginkan sesuatu, Agha lebih bisa menahan diri
sejak kecil. Dia sangat mudah diberi pengertian saat berada di toko mainan. Dia
bisa bersabar menunggu waktu yang tepat untuk membeli mainan kesukaannya.
Berbeda dengan si adik, Gia. Dia cenderung susah diberi
pengertian baik di rumah maupun di
tempat umum. Jika Dia sudah menginginkan sesuatu, butuh energi ekstra untuk mengalihkan perhatiannya. Dia lebih cenderung tidak sabar mendapatkan barang
yang diinginkan.
Untuk urusan makan pun demikian. Agha dan Gia punya selera
makan yang sangat berbeda. Agha tipe pemilih banget dalam urusan makan. Tidak
semua makanan dia suka. Dia tidak begitu suka makan nasi. Dia bisa nangis hanya
gara-gara disuruh makan nasi.
Si adik Gia tipe pemakan segala. Tidak pilih-pilih makanan
seperti Agha. Makan nasi sebuah keharusan bagi Gia. Ketika Dia minta makan
nasi, saat itu juga harus dituruti. Pernah Dia tantrum jam 2 pagi karena minta
makan nasi tapi stok nasi Bunda sudah habis buat makan malam.
Bagi Gia makan nasi saja tidak cukup. Dia tetap mencari
cemilan di kulkas setelah makan sepiring nasi. Dia bisa memakan cemilan apapun
yang dia temui di kulkas dan tidak akan berhenti sebelum stok cemilan habis.
Ngomongin cemilan, Gia paling suka dengan roti tawar. Sedangkan Agha tidak akan
memakan roti tawar kalau tidak diolesi selai. Agha lebih suka cemilan manis
seperti brownies.
Urusan tidur pun mereka berdua juga berbeda. Agha bisa tidur
dalam kondisi terang dan gelap. Baginya tak masalah asal ada kipas angina. Tapi, si adik Gia tidak bisa tidur dalam kondisi gelap. Dia bisa nangis bila
tiba-tiba listrik padam tengah malam.
Belum lagi urusan mandiri. Bisa dikatakan Gia lebih mandiri
dari pada Agha. Meskipun Agha sudah 7 tahun tapi tidak bisa berjauhan dari Ayah maupun Bunda. Dia lebih lengket kepada kita dibanding adiknya yang masih berusia 3
tahun. Bahkan, Gia lebih woles saat
dipamiti Bunda pergi seharian. Gia tetap anteng
di rumah bersama mbahkung, mbahuti, atau tantenya. Ketika makan pun
Agha lebih sering manja, minta disuapi oleh Bunda. Sedangkan Gia dengan sigap
mengambil sendok untuk makan sendiri.
Agha yang selalu lengket sama bunda |
Ngomongin perbedaan keduanya tidak ada habisnya. Sebagai
orang tua, Kita berusaha bijak menyikapi perbedaan karakter keduanya.
Selama ini Kita breusaha menerapkan 2 hal, yaitu :
Tidak Membandingkan Keduanya
Ini sesuatu yang mudah diucapkan tapi sangat susah
dipraktekkan dalam keseharian. Awalnya kita tanpa sadar telah
membandingkan adik Gia yang tidak seperti kakaknya. Mulai dari membandingkan
perkembangannya sampai karakter Gia yang jauh berbeda dengan Agha.
Agha tumbuh menjadi anak yang sehat dan cukup aktif. Tidak
ada kendala dalam perkembangannya selama balita. Perkembangan Gia yang tidak
segesit sang kakak tentu sangat mengusik kita. Selalu ada celah untuk
membandingkan.
Gia si ekspresif |
Begitu juga dengan karakter si adik. Karakter Gia memang
cukup Membuat Kita terkejut karena sebagai orang tua merasa belajar dari
nol lagi menghadapi Gia. Apa yang kita terapkan selama mengasuh dan
mendidik Agha tidak berlaku untuk Gia.
Sampai pada titik tertentu kita menyadari jika setiap
anak itu unik. Wajar bila mereka berbeda karena kita memberi nama yang
berbeda untuk keduanya. Nama mereka saja tidak sama mengapa menuntut mereka
punya karakter yang sama. Masalah perkembangan anak, setiap anak punya waktu
sendiri kapan mereka bisa jalan, kapan mereka bisa bicara, dan kapan mereka
bisa berlari.
kita berusaha menerima segala macam perbedaan yang
ada pada keduanya. Ternyata jika kita sudah bisa menerima sepenuh hati maka semua
komentar orang-orang di sekitar tentang keduanya tidak akan menimbulkan
keresahan. Karena tak bisa dipungkir, baik keluarga besar maupun lingkungan
sekitar akan berkomentar terkait anak kita.
Mengajak Keduanya Untuk Saling Memahami Perbedaan Masing-masing
Untuk orang dewasa mungkin terdengar rumit, Tapi tidak untuk
anak-anak. Ayah Bunda menganggap adanya perbedaan pada kedua anak tersebut
bukan tanpa tujuan. Hal yang mencolok sejak hadirnya Gia adalah rumah lebih
ramai. Karakter Gia yang selalu ceria memberi warna tersendiri dalam keluarga.
Gia yang selalu memecah suasana dengan tawanya.
Kita sering megajak Agha untuk larut dalam keceriaan bersama
Gia. Tidak hanya melulu serius membaca buku sains misalnya. Di sisi lain, Ayah
Bunda juga sering meminta Agha untuk mengajari
Gia membaca iqro, mengajari berbagai
macam warna, menghitung benda atau membacakan buku untuk adiknya. Agha bisa
sangat serius saat mengajari sang adik.
Agha si serius |
Untuk makanan, Kita terkadang sengaja membeli makanan
kesukaan Agha dan meminta Gia untuk mencobanya. Di lain waktu, Kita membeli makanan kesukaan Gia dan
meminta sang Kakak untuk mencobanya. Mereka berdua akhirnya belajar untuk saling
memahami meski masih dalam skala kecil.
Namun, adakalanya Kita mencari jalan tengah. Misalnya
untuk urusan tidur. Kita akan memasang lampu yang redup agar Agha bisa
tetap tidur dan Gia tidak merasa ruangannya gelap. Begitu juga untuk hal lain
seperti makanan. Kita terkadang membelikan mereka berdua makanan kesukaan masing-masing.
Pernahkah salah satu dari mereka harus mengalah? Pernah dong.
Sesekali Kita meminta Agha memahami Gia, membiarkan lampu kamar tetap
menyala sampai Gia tertidur pulas. Pernah juga Kita memberi pengertian
kepada Gia untuk berbagi makanan kesukaannya kepada si Kakak, saat Agha
tiba-tiba merengek minta jajan Gia.
Itulah Agha dan Gia, selalu ada drama setiap hari di rumah.
Perbedaan yang ada pada keduanya tak jarang menimbulkan pertengkaran kecil tapi begitulah Namanya saudara. Perbedaan tak
menghalangi keiindahan sebuah persaudaraan asal sebagai orang tua bisa bijak
menyikapinya. Bagimana dengan putra putri kalian di rumah? Ada cerita seru apa tentang
perbedaan karakter mereka?
BACA JUGA : 7 Tanda Anak Perlu Pakai Kaca Mata
Seru ya punya anak dya dengan beda karakter
BalasHapus