Alasan Kakek-Nenek Memanjakan Cucunya Berlebihan- Salah satu masalah yang muncul pada keluarga muda adalah ketika kakek-nenek ikut serta dalam proses pengasuhan anak-anaknya. Perbedaan pola asuh seringkali menimbulkan “gesekan” antara keduanya. Aturan yang sedang diterapkan kepada anak-anak biasanya menjadi tidak berlaku saat ada kakek-neneknya. Kakek-nenek seolah memanjakan cucu-cucunya berlebihan.
Setidaknya itu juga yang aku rasakan ketika mengajak adek Gia berlibur selama dua minggu di rumah mbah kung dan mbah uti di Kediri. Selama berada di rumah Kediri, Gia menjadi sedikit sulit dikondisikan. Karena setiap Gia meminta dibelikan sesuatu, mbah kung atau mbah uti selalu membelikan. Apalagi Gia sudah mengeluarkan jurus tantrumnya. Gia mendapatkan apa saja yang diinginkan meskipun bunda sudah melarangnya karena alasan kesehatan.
Masalah seperti ini ternyata tidak hanya aku alami, beberapa teman juga merasakan hal yang sama. Anak-anak tidak mengindahkan aturan yang sudah disepakati dengan orang tuanya ketika ada kakek-nenek di dekat mereka. Hal tersebut membuat sebagian orang tua mempermasalahkan hal tersebut. Mereka tidak bisa memahami mengapa kakek-nenek “merusak” pola didik yang sudah diterapkan kepada anak-anaknya.
Pada dasarnya setiap tindakan seseorang selalu mempunyai sebuah alasan. Namun, kadang alasan tersebut sulit dipahami oleh orang lain. Begitu juga dengan tindakan kakek-nenek yang memanjakan cucunya berlebihan. Tidak ada salahnya kita berusaha melihat dari sudut pandang mereka.
JARANG BERTEMU
Ini menjadi alasan yang sangat umum ketika kakek-nenek memanjakan cucunya berlebihan. Kakek-nenek yang tinggal jauh dari cucunya biasanya berusaha menuruti kemauan cucunya tanpa mempertimbangkan hal lain seperti kesepakan antara si cucu dan orang tuanya.
Hal ini terjadi pada Gia kemarin. Bunda membatasi konsumsi es krim kepada Gia. Namun, mbah uti tetap membelikan Gia es krim setiap Gia meminta es krim di toko sebelah rumah. Alasan yang dikemukakan terdengar klise. Tidak setiap hari memperlakukan Gia seperti itu. Jadi, tidak ada salahnya memanjakan Gia berlebihan ketika bertemu.
Tentu saja alasan tersebut tidak bisa aku bantah. Meskipun sebenarnya tidak sepakat dengan sikap memanjakan Gia berlebihan. Karena akan membawa efek yang kurang bagus kepada Gia ketika kembali ke rumah. Butuh waktu untuk mematuhi kesepakatan awal sebelum liburan ke Kediri.
Untuk mengatasi situasi yang seperti ini, biasanya aku membuat kesepakan dengan anak-anakku. Tentu saja hanya si sulung yang kooperatif. Dia sudah mengerti aturan apa saja yang tetap tidak berubah ketika berada di rumah mbah kungnya. Si adek Gia yang baru berusia 3,5 tahun belum sepenuhnya konsisten dengan apa yang sudah disepakati bersama bundanya. Sehingga aku memilih woles. Berusaha memahami tindakan mbah kung dan mbah uti.
MENEBUS RASA BERSALAH
Alasan lain kakek-nenek memanjakan cucunya berlebihan adalah menebus rasa bersalah kepada kita. Mungkin ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka kurang memenuhi kebutuhan kita saat masih kecil. Baik kebutuhan materi maupun non materi seperti perhatian dan kasih sayang.
Orang tua kita ingin menebus sesuatu yang tidak bisa diberikan kepada kita melalui cucunya. Orang tua kita yang sekarang mungkin mempunyai kondisi finansial yang lebih baik atau mempunyai banyak waktu luang. Sehingga kakek-nenek berusaha memberikan yang terbaik kepada cucunya versi mereka sendiri. Cara yang mereka lakukan kadang tidak sejalan dengan kita.
Jika kita bisa memahami alasan tersebut, maka akan lebih selow ketika melihat kakek-nenek memanjakan cucunya berlebihan. Sesekali membiarkan anak-anak kita menciptakan moment bersama kakek-neneknya. Karena waktu tidak bisa berjalan mundur. Saat orang tua kita masih sehat, biarkan anak-anak lebih banyak bercengkrama bersama mereka.
Komentar
Posting Komentar