Ayam Geprek, Kuliner yang Mencuri Hati Masyarakat Desa- Ayam geprek menjadi kuliner yang cukup ngehits di kalangan millenial. Begitu populernya kuliner satu ini membuat seorang Ruben Onsu menangkap peluang tersebut. Dia mengembangkan bisnis kuliner ayam geprek dengan nama geprek Bensu.
Demam ayam geprek ternyata tidak hanya menjangkit masyarakat perkotaan saja. Di desa, ayam geprek mulai mencuri hati masyarakat. Terbukti banyak bermunculan warung khusus menjual ayam geprek.
55
Awalnya aku mengira orang-orang di desa bakal kurang berminat dengan ayam tepung yang dipipihkan pakai ulekan dan dikasih toping sambel bawang. Karena sambel bawang atau sambel korek adalah salah satu jenis sambal yang paling mudah dibuat.
Biasanya karakter masyarakat desa enggan membeli makanan yang bisa dibuat dengan mudah di rumah. Tapi asumsiku “ambyar” ketika melihat warung "Ayam geprek Boendha" yang ada di depan rumah ibu tak pernah sepi pembeli. Mulai dari pelajar sampai orang tua rela antri cukup lama demi sebungkus ayam geprek.
Lokasi rumah ibu adalah desa yang berada di kaki gunung. Cukup jauh dari pusat kota Kediri. Ternyata masyarakatnya juga suka kulineran. Mereka antusias mencoba kuliner yang masih baru di sini yaitu Ayam geprek. Tentu saja hal ini berbeda dengan kebiasaan masyarakatnya sepuluh tahun lalu saat aku masih tinggal di sini. Mereka lebih suka makan makanan rumah dari pada membeli di warung.
Entah karena harganya yang sangat murah atau sensasi pedas dari ayam krispi yang membuat orang-orang di desaku menyukai kuliner satu ini. Berdasarkan penuturan seorang saudara, pelanggan ayam geprek di depan rumah ibu tidak hanya para tetangga. Orang dari desa-desa yang cukup jauh juga sering membeli ayam geprek tersebut. Mungkin karena letaknya strategis di pinggir jalan raya, sehingga mudah dijangkau pelanggan.
Saat baru buka, antriannya sudah mengular. Melihat pemandangan seperti itu beberapa hari berturut-turut membuatku penasaran ingin mencoba ayam geprek di depan rumah. Akhirnya seporsi ayam geprek berhasil aku beli saat sepi pembeli. Satu porsi ayam geprek ukuran kecil harganya Rp. 6000,00 saja. Harga yang sangat terjangkau, untuk kantong pelajar sekalipun.
Ayam geprek di depan rumah rasanya cukup bersahabat untuk lidahku. Nasinya pulen. Ayamnya krispi tapi tulangnya lunak. Berdasarkan info yang aku dengar dari ibu, ayamnya memang sengaja dipresto sebentar sebelum digoreng dengan tepung krispi. Sambalnya juga enak.
Rasa pedasnya masih berimbang dengan rasa asin dan manis. Sehingga tidak menimbulkan sensasi terbakar berlebihan di lidah. Lalapan pendampingnya seperti irisan mentimun, daun selada, tomat, dan kubis diisajikan dalam kondisi masih segar. Membeli seporsi ayam geprek ternyata membuatku ketagihan. Aku sudah lebih dari tiga kali membeli Ayam geprek selama di rumah ibu. Padahal aku belum genap seminggu berada di rumah ibu.
Ayam geprek yang ada di depan rumahmu rasanya memang sedikit berbeda dengan ayam geprek yang pernah aku coba di Surabaya. Pedasnya masih manusiawi. Aku sekarang paham mengapa pelanggannya sangat banyak. Tidak pernah sepi setiap hari.
Demam ayam geprek ternyata tidak hanya menjangkit masyarakat perkotaan saja. Di desa, ayam geprek mulai mencuri hati masyarakat. Terbukti banyak bermunculan warung khusus menjual ayam geprek.
55
Awalnya aku mengira orang-orang di desa bakal kurang berminat dengan ayam tepung yang dipipihkan pakai ulekan dan dikasih toping sambel bawang. Karena sambel bawang atau sambel korek adalah salah satu jenis sambal yang paling mudah dibuat.
Biasanya karakter masyarakat desa enggan membeli makanan yang bisa dibuat dengan mudah di rumah. Tapi asumsiku “ambyar” ketika melihat warung "Ayam geprek Boendha" yang ada di depan rumah ibu tak pernah sepi pembeli. Mulai dari pelajar sampai orang tua rela antri cukup lama demi sebungkus ayam geprek.
Lokasi rumah ibu adalah desa yang berada di kaki gunung. Cukup jauh dari pusat kota Kediri. Ternyata masyarakatnya juga suka kulineran. Mereka antusias mencoba kuliner yang masih baru di sini yaitu Ayam geprek. Tentu saja hal ini berbeda dengan kebiasaan masyarakatnya sepuluh tahun lalu saat aku masih tinggal di sini. Mereka lebih suka makan makanan rumah dari pada membeli di warung.
Entah karena harganya yang sangat murah atau sensasi pedas dari ayam krispi yang membuat orang-orang di desaku menyukai kuliner satu ini. Berdasarkan penuturan seorang saudara, pelanggan ayam geprek di depan rumah ibu tidak hanya para tetangga. Orang dari desa-desa yang cukup jauh juga sering membeli ayam geprek tersebut. Mungkin karena letaknya strategis di pinggir jalan raya, sehingga mudah dijangkau pelanggan.
Saat baru buka, antriannya sudah mengular. Melihat pemandangan seperti itu beberapa hari berturut-turut membuatku penasaran ingin mencoba ayam geprek di depan rumah. Akhirnya seporsi ayam geprek berhasil aku beli saat sepi pembeli. Satu porsi ayam geprek ukuran kecil harganya Rp. 6000,00 saja. Harga yang sangat terjangkau, untuk kantong pelajar sekalipun.
Ayam geprek di depan rumah rasanya cukup bersahabat untuk lidahku. Nasinya pulen. Ayamnya krispi tapi tulangnya lunak. Berdasarkan info yang aku dengar dari ibu, ayamnya memang sengaja dipresto sebentar sebelum digoreng dengan tepung krispi. Sambalnya juga enak.
Rasa pedasnya masih berimbang dengan rasa asin dan manis. Sehingga tidak menimbulkan sensasi terbakar berlebihan di lidah. Lalapan pendampingnya seperti irisan mentimun, daun selada, tomat, dan kubis diisajikan dalam kondisi masih segar. Membeli seporsi ayam geprek ternyata membuatku ketagihan. Aku sudah lebih dari tiga kali membeli Ayam geprek selama di rumah ibu. Padahal aku belum genap seminggu berada di rumah ibu.
Ayam geprek yang ada di depan rumahmu rasanya memang sedikit berbeda dengan ayam geprek yang pernah aku coba di Surabaya. Pedasnya masih manusiawi. Aku sekarang paham mengapa pelanggannya sangat banyak. Tidak pernah sepi setiap hari.
akupun kalo udh bingung mau makan apa pas lunch di kantor, lgs aja mesen ayam geprek ama ob ku mba. kbtulan deket kantor ada yg enak jg. dan aku sukanya ayam udh disuwir2 haahhahaha.. jd ga susah makannya :p. tinggal diaduk merata ke nasi :D. kalo yg di jkt cendrung kuat pedesnya. tp krn ku suka pedes, jd ga masalah sih.
BalasHapus