Agustus ke-13 Aku Merdeka- Agustus adalah bulan kemenangan bagi negri ini. Seluruh rakyat Indonesia disibukkan dengan kegiatan agustusan seperti aneka jenis lomba, jalan sehat, dan karnaval. Semua orang bersuka cita menyambut bulan yang spesial.
Bulan Agustus juga bulan kemenangan untukku. Saat Agustus tiba, artinya sudah berhasil menaiki anak tangga pernikahan. Agustus tahun 2022 genap 13 tahun usia pernikahan kami. Tapi, Agustus kali ini berbeda. Karena Agustus ke-13 aku merdeka. Merdeka Seperti apa?
Lebih Slow Merespon Permasalahan Hidup
Permasalahan hidup bisa menghampiri siapa saja, termasuk dua insan yang berada dalam hubungan pernikahan. Tiga belas tahun mencoba terus beradaptasi dengan sosok yang sama bukan perkara mudah. Karena manusia pada dasarnya selalu berkembang. Pasangan yang kita kenal di tahun pertama pernikahan mungkin bisa saja berubah karena banyak faktor. Tiga belas tahun bukan waktu yang sebentar untuk saling memahami dan menerima perubahan masing-masing.
Jika dulu selalu drama menghadapi perubahan pasangan atau permasalahan lain yang menghampiri dalam rumah tangga, sekarang sudah bisa woles. Lebih slow menghadapi apa pun permasalahan yang datang silih berganti. Bukan berarti tidak pernah “spaneng” tapi frekuensinya tidak seperti dulu. Tetap ada moment berselisih paham, terutama saat kondisi tubuh dan pikiran sedang tidak stabil. Intinya belajar meminimalisir drama dalam hidup. Tidak semua hal harus dicari solusinya. Ada kalanya hanya diendapkan di dasar pikiran dan hati.
Fokus Membahagiakan Diri Sendiri
Fokus membahagiakan diri bukan berarti mengabaikan orang tersayang. Saat ini ada pada level memberi porsi lebih banyak untuk diri sendiri Belajar mencintai diri sendiri sepenuh hati. Sesuatu yang selama ini sulit untuk dilakukan karena masih terpengaruh oleh penilaian orang lain. Menyibukkan diri mencoba hal baru dan mengupgrade skill Juga bagian dari caraku membahagiakan diri sendiri.
Agustus tahun 2022 ini cukup disibukkan dengan agenda peringatan kemerdekaan di sekolah anak-anak. Membantu bu guru mempersiapkan lomba untuk anak-anak TK, handle lomba wali murid, dan acara sekolah si sulung yang tak kalah heboh. Agustus juga mendapat kesempatan mengikuti acara meet up beauty enthusiast di Surabaya. Kesibukan yang melelahkan tapi memberi kepuasaan tersendiri buatku. Mencoba menjadi manusia yang bermanfaat untuk sekitar.
Lomba Agustusan Sekolah Adik
Selalu ada cerita menarik bersama anak-anak yang beragam karakternya. Termasuk saat acara lomba agustusan. Mengkondisikan anak-anak Kelompok Bermain (KB) dan anak TK A saat pelaksanaan lomba cenderung menyita banyak energi. Sedangkan anak TK B lebih tenang karena sudah bisa dikondisikan.
Anak-anak KB dan TK A masih susah untuk duduk manis ketika menunggu giliran lomba sampai menangis mencari orang tuanya. Beberapa kali aku harus menenangkan anak yang mendadak menangis dan menggendongnya. Lelah tapi senang berinteraksi dengan mereka. Apalagi ketika handle lomba wali murid TK. Selalu ada keseruan khas emak-emak. Melihat tingkah emak-emak saat lomba bisa jadi mood booster tersendiri.
Agenda Agustusan Sekolah Si Sulung
Kesibukan agustus berlanjut menghandle acara agustusan sekolah si sulung. Bertempat di salah satu rumah wali murid, acara agustusan dibuka dengan mengenalkan olahraga panahan oleh pelatih panahan yang sudah berpegalaman. Anak-anak diminta untuk mencoba memegang busur dan memanah dengan benar.
Tentu saja anak-anak sangat antusias, terutama si sulung. Panahan adalah jenis olahraga yang belum pernah dicoba. Dia yang awalnya tidak percaya diri memegang busur, di akhir acara meminta ikut kelas panahan yang diadakan rutin di perumahan tersebut. Aku juga tertarik untuk ikut kegiatan panahan setelah mencoba beberapa kali bersama anak-anak.
Setelah puas dengan panahan, agenda dilanjutkan dengan beragam lomba Menarik. Lomba anak-anak yang melatih keseimbangan dan kekompakan. Ada juga lomba mama-mama yang tak kalah seru. Selain bertugas menghandle lomba-lomba tersebut, aku juga bergabung dengan anak-anak mengikuti lomba balon. Tertawa bersama anak-anak rasanya seperti melepas semua beban di pundak untuk sejenak.
Acara ditutup dengan makan bersama. Menu liwetan untuk mama-mama yang menggoda iman. Anak-anak cukup puas menikmati bakso dan sate. Bercengkrama bersama teman-temannya dan dilanjutkan dengan berenang di waterpark yang masih menjadi bagian dari perumahan tersebut. Acara agustusan yang menyita waktu dan energi. Tapi membuatku happy.
Malam Anniversary
Acara agustusan si sulung berakhir dan kami kembali ke rumah. Hari itu sebenarnya adalah hari jadi pernikahan yang ke-3. Tapi aku sibuk di luar rumah dari pagi sampai malam.Begitu juga dengan pasanganku. Kebetulan kami sama-sama ada agenda penting sehingga tak sempat untuk bermuhasabah pagi di hari spesial ini. Apalagi seikat bunga atau kue perayaan. Tak sempat kami siapkan. Kami juga tak terbiasa melakukan ceremonial seperti itu.
Malam hari menjelang tidur hanya ada dialog sebentar antara aku dan pasanganku. Bukan dialog serius tapi hanya obrolan santai mengingatkan kembali jika hari itu adalah agustus ke-13 yang kami lalui bersama. Meskipun tidak mudah tapi kami mampu melewati. Saat ini yang dibutuhkan bukan drama hidup tapi bagaimana masing-masing nyaman ada di samping pasangannya. Bukan tentang seikat bunga, tapi tangan yang sigap ketika tahu aku kelelahan dan butuh pijatan. Sesederhana itu kami melewati agustus ke-13 ini.
Agustus ke-13 aku merasa merdeka menjadi diri sendiri. Bukan berarti aku dikekang selama ini. Makna merdeka yang aku maksud adalah tidak terbebani dengan hal-hal normatif yang banyak berlaku di masyarakat. Memerdekakan hati untuk tidak mudah kecewa dengan hal-hal kecil. Merdeka melepas semua idealisme yang selama ini membelenggu diriku sendiri. Merdeka untuk tidak meletakkan rasa bahagia pada hati siapapun. Cukup hatiku saja.
Komentar
Posting Komentar